Minggu, 11 Desember 2011

Pelajar Muhammadiyah, Pelajar Ulama’

Oleh: Saifuddin Zuhri (Kabid PIP IPM Kab.Mojokerto)
Disadari atau tidak, definisi ulama dewasa ini sudah terkooptasi dalam lingkar belenggu pemahaman sempit masyarakat. Bahwa ulama identik dengan kitab kuning, ulama pasti berjenggot, bersurban, memakai sarung dan lain-lain. Pun juga saat ini ketika kita melihat realitas, bahwa untuk jadi ulama atau kyai atau ustadz pun bisa di bilang relatif mudah, bermodalkan bisa mengaji fasih dan tampang ganteng. Bisa disebut ustadz yang kemudian bisa tampil di TV.
Coba kita lupakan fakta tentang ulama saat ini, kemudian kita menengok fakta ulama beberapa pulun tahun yang lalu. Kita tentu ingat salah satu Ulama’nya Muhammadiyah tahun 1953, yakni Haji Abdul Malik Karim Amrullah, yang lebih tepatnya di kenal dengan Buya Hamka. Buya hamka dikenal sebagai sosok ulama Muhamamdiyah yang tidak hanya pandai dalam ahli tafsir dan ilmu agama saja, tapi lebih dari itu beliau adalah politikus ulung, buktinya Buya Hamka pernah menjadi Anggora Dewan Kosntituante Masyumi sekitar pada pemilu tahun 1955. selain sebagai politikus, buya Hamka adalah seorang pecinta jurnalisme, beliau pernah menjadi wartawan di Seruan Muhamamdiyah, Pecinta Andalas, Seruan Islam, dan puncak karir nya di dunia jurnalistik, beliau menjadi dewan redaktur majalah yang sangat monumental, yakni Panji Masyarakat, hingga mengantarkannya mendapat gelar honoris causa oleh Universitas Al-Azhar Kairo. Selain sosok Buya Hamka, masih banyak sosok ulama yang lain, yang patut kita acungkan jompol usahanya. Misalnya  Ibnu Haitam, ulama dengan karya nya tentang Ilmu-ilmu Optika, Ibnu Sina, sosok ulama yang ahli dalam ilmu kedokteran, Al-Khawaruzmi, Ibnu Rusydi dan masih banyak yang lainnya.
Keutamaan Peran Ulama’
Allah berfirman: “Sesunguhnya yang paling takut kepada Allah adalah Ulama”(QS Fathir 28)
Nabi Muhammad saw juga  pernah bersabda: “Ulama adalah pewaris nabi, dan para nabi tidak mewariskan dinar dan tidak juga dirham, melainkan mereka hanya mewariskan ilmu” (HR Abu Dawud, Tirmidzi dan ibnu majjah)
Dan masih banyak lagi tentang ayat ayat atau hadis yang menunjukkan keutamaan dan kemuliaan seorang  ulama, dalam hal ini bukan “ulama yang hanya bermodalkan wajah ganteng dan tampil di TV, tetapi yakni siapa saja yang takut kepada Allah, takut akan siksa Allah, maka ia pantas disebut sebagai ulama, atau pun juga siapapun yang mewariskan ilmu kemudian ilmu itu bermanfaat kebaikan bagi ummat manusia maka ia pantas di beri gelar sebagai ulama (orang yang ‘alim, orang yang mempunyai ilmu’)
Pelajar Muhammadiyah, Pelajar Ulama.
Mungkin ketika kita mendengar istilah Pelajar Muhammadiyah, pelajar ulama, agak kurang pas? Ulama’ kan bersurban, ulama kan berjenggot, harus hafal beberapa juz Al-Qur’andll. Tapi yakinlah, Pelajar Muhammadiyah adalah pelajar Ulama, pelajar yang takut kepada Allah sebagaimana firman Allah surat Fathir 28 tadi. selain itu juga Pelajar Muhamamdiyah adalah pelajar ulama yang menjadikan menuntut ilmu itu sebagai aktifitasnya. Bukankah dalam hadis tadi di jelaskan bahwa siapa saja yang mewariskan ilmu itu disebut sebagai ulama/pewaris nabi?
Maka sudah saatnyalah sekarang para Pelajar Muhammadiyah dengan rasa takutnya kepada Allah dan juga dengan keilmuannya, untuk  tampil dimuka dengan mengatakan yang haq itu haq dan menyatakan yang batil itu batil. Sampai kapan?
Seusai tahajud ku merenung lagi.
Siapa, kemana, diri hina ini.
Lama ku tertidur dalam duniaku.
Nanarku memandang alam sekelilingku.
Beribu mujahid berguguran sudah.
Beribu purnama namak semakin merenta.
Namun kebatilan tiada kunjung sirna.
Bahkan semakin menyesakkan dunia.
Dalam ikatanku tlah bersemi janji.
Hidup di jalannya atau mati syahid.  (Reungan Kader)
Wallahu a’lam bis showab.
Jazaakumulloh khoiron, Semoga info dan artikel yang kami berikan bermanfaat dan bisa lebih mnegerti tentang IPM khusunya tetang IPM Cabang Cimanggu di Desa yang Tercinta Cimanggu. Hidup Ipm... jaya... Hidup-hidupilah Muhammadiyah dan IPM jangan hidup di Muhammadiyah dan IPM... Semangat !