Rabu, 03 April 2013

Tips menjaga ketenangan Hati

Ada 6 tips mudah untuk mendapatkan ketenangan hati

Follow twitter: @kutipanhikmah

1. Jangan tergantung terhadap orang lain, bersikaplah mandiri dan percaya akan kemampuan yang kita miliki.

2. Jangan berburuk sangka, berfikirlah positif akan membawa pada suatu yang bermanfaat.

3. Jangan mengingat penyesalan yang tidak pantas disesali di masa lalu, hidup itu mudah, buatlah dalam suatu perbuatan kita dengan keputusan dan jadikan masa lalu menjadi sebuah pelajaran untuk menjadi yang lebih baik.

4. Jangan pernah menyimpan dendam di hati, dendam itu di ibaratkan sebagai racun dalam hati kita, jauhi itu.

5. Jauhi sifat terburu-buru, aset dalam kehidupan bukan harta, tapi waktu. Maka pergunakan waktu dengan baik.

6. Jangan khawatir dengan hari esok, ketuklah pintu dan pintu pun akan terbuka, ingatlah ALLAH, ALLAH pun akan ingat pada kita.

Setuju? Like dech! :)

Salam santun ukhuwah penuh cinta...

Penyebab Utama Lemahnya Umat Islam

Inilah Penyebab Utama Lemahnya Umat Islam

Follow twitter: @kutipanhikmah

REPUBLIKA.CO.ID, Dari Tsauban, ia berkata, “Rasulullah bersabda, ‘Hampir bangsa-bangsa memperebutkan kalian (umat Islam), layaknya memperebutkan makanan yang berada di mangkok.’ Seorang laki-laki berkata, ‘Apakah kami waktu itu berjumlah sedikit?’

Beliau menjawab, ‘Bahkan jumlah kalian pada waktu itu sangat banyak, namun kalian seperti buih di genangan air. Sungguh Allah akan mencabut rasa takut (para musuh) kepada kalian, dan akan menanam kn ke dalam hati kalian al-Wahn.’ Seseorang lalu berkata, ‘Wahai Rasulullah, apa itu al-Wahn?’ Beliau menjawab, ‘Cinta dunia dan takut mati’.” (HR Abu Daud)

Konstruksi bangunan sosial Islam pernah mencapai puncak kejayaan dan kegemilangannya ketika keseimbangan cara hidup umat Islam berpandukan kitab suci dan tuntunan sunah Rasul- Nya. Sayangnya, tradisi sosial itu telah tergeser oleh nilai-nilai materialisme, yakni sistem sosial yang berorientasi dan didasari ukuran-ukuran materi.

Dalam kondisi demikian, sesungguhnya sistem sosial itu dianggap sakit karena telah terjadi penyimpangan perilaku sosial, menyimpang dari sistem tauhid kepada sistem materialisme. Bentuk konkret dari sistem sosial yang sakit adalah seperti yang digambarkan oleh hadis Tsauban di atas. Umat Islam adalah segerombolan orang yang terserang penyakit berbahaya, yakni cinta dunia dan takut mati.

Penyakit yang disebut dengan istilah al-Wahnini digambarkan sebagai bangsa yang tidak berdaulat secara politik, hukum, mili ter, dan ekonomi sehingga dengan mudahnya para kolonial bangsa ini menguasai aset-aset bangsa Indo nesia yang mayoritasnya umat Islam. Sebab lainnya adalah seperti yang digambarkan hadis lain Rasulullah.

“Akan datang suatu zaman di mana tidak tersisa dari Islam, kecuali tinggal namanya saja, tidak tersisa dari Alquran kecuali tinggal tulisannya saja, masjid-masjid mereka megah dan semarak, tetapi jauh dari petunjuk Allah, ulama- ulama mereka menjadi manusia- manusia paling jahat yang hidup di bawah kolong langit, dari mulut mereka ke luar fitnah dan akan kembali kepada mereka.” (HR. Baihaqi)

Hadis di atas menjelaskan lebih spesifk lagi sebab dari lemahnya umat Islam sehingga Islam tinggal simbol dalam bentuk nama belaka. Pertama, Alquran hanya tinggal tulisannya karena telah kehilangan fungsinya sebagai petunjuk dan dan panduan hidup.

Kedua, masjid-masjid jauh dari petunjuk Allah karena bukan Allah yang diseru dan bukan kepentingan Allah yang diperjuangkan di dalamnya.

Ketiga, ulama-ulama sudah menjadi penjahat yang paling jahat di bawah langit dan dari mulut mereka keluar fitnah-fitnah yang membaha yakan diri mereka sen diri, karena berbicara dan berfatwa berdasarkan hawa nafsu dan kepentingan-kepentingan kerdil duniawi. Wallahu a’lam bish shawab.

Dikutip dari konsultasi agama Harian Republika yang diasuh Ustaz Bachtiar Nasir.

Selasa, 19 Maret 2013

Ridho Ibu Sepanjang Jalan!

Ridha Ibu Sepanjang Jalan

Seorang pelayan Anas bin Malik yang bernama Ibban bin Shaleh suatu ketika berjalan melewati sebuah pasar yang ramai di tengah kota Basrah. Dia merasa heran menyaksikan empat orang laki-laki menggotong sebuah keranda mayat tanpa ada yang lain mengikuti atau melayat di tengah keramaian. Lantas Ibban bergabung dengan iringan kecil tersebut menyusuri jalan menuju pemakaman. Setelah tiba di tujuan, dia bermaksud hendak supaya jenazah dishalatkan dahulu.

“Siapakah di antara kalian yang menjadi wali jenazah agar menjadi imam shalat jenazahnya?” tanya Ibban.

“Kami semua tidak satu pun yang menjadi wali jenazah ini. Silakan anda maju memimpin shalat jenazah,” jawab salah satu di antaranya.

Tanpa menunggu lebih lama lagi, Ibban maju menjadi imam shalat jenazah. Setelah itu baru jenazah mereka kuburkan. Usai prosesi pemakaman, Ibban kembali bertanya kepada mereka.

“Kenapa kalian tidak jujur menceritakan tentang siapa sebenarnya jenazah itu?”

“Sungguh! Tidak seorang pun di antara kami yang mengetahui sejatinya jenazah itu kecuali wanita yang
berada di sana. Dia yang menyewa kami,” jawabnya sambil menunjuk ke arah seorang wanita tua yang berdiri agak jauh. Wanita tersebut kemudian mendekati makam sedangkan keempat laki-laki itu pergi meninggalkan pemakaman.

Tanpa disadari wanita itu, Ibban mengamati gerak-geriknya dengan tatapan curiga. Ibban makin penasaran setelah melihat wanita tersebut menyunggingkan senyuman kecil ke arah makam jenazah tadi. Ibban lantas menghampiri wanita itu untuk mengetahui duduk perkaranya.

“Demi Allah, aneh, apakah engkau berkenan mengatakan sebab mengapa anda tersenyum ketika seharusnya anda bersedih?” tanya Ibban.

“Biar saja. Apa urusan anda menanyakan hal tersebut kepadaku?” jawabnya dengan ketus.
Tampak wajahnya merasa terusik dengan pertanyaan Ibban. Jawaban itu tidak membuat Ibban marah namun malah memperbesar rasa penasarannya.

“Katakanlah kepadaku apa yang sebenarnya terjadi. Aku adalah Ibban bin Shaleh, pelayan Anas bin Malik yang juga sahabat dan pelayan Rasulullah,” pinta Ibban.

Mendengar penuturan Ibban, roman muka wanita tersebut mulai berubah lebih ramah.

“Wahai Ibban, seandaainya bukan karena itu aku enggan menceritakan semuanya,” katanya mulai jujur.

“Ketahuilah, jenazah ini adalah anakku. Semasa hidupnya dulu dia banyak menuruti hawa nafsunya. Semalam dia sakit parah, dia memanggilku dan memberi beberapa wasiat.

Pertama, apabila dia meninggal dunia, aku tidak usah memberitahu siapapun di antara tetangganya. Kedua, ia memintaku untuk mengambil cincinnya dan mengukir tulisan di atasnya kalimat Laa ilaaha ilallah Muhammadur Rasulullah. Ketiga, ia memintaku agar aku meletakkan cincin itu di antara kulit dan kain kafannya. Keempat, ia memintaku apabila telah dimasukkan ke liang kubur agar aku meletakkan tanganku pada ikat rambutku, lalu menengadah ke hadlirat ALLAH untuk memohon ampunan untuknya dengan mengucapkan Ya Allah hamba telah ridha pada anak hamba maka berilah ia keridhaan-Mu.”

Perempuan tua itu membeberkan kisah kematian anaknya dan latar belakang perilaku ganjil sebelumnya. Perempuan tersebut melanjutkan kisahnya.

“Setelah selesai menyampaikan wasiatnya ia meminta untuk terakhirnya agar aku meletakkan kaki kananku di tengah wajahnya sambil berkata Ini adalah balasan bagi orang yang durhaka kepada Allah azza wa jalla.”
Ibban terharu mendengar penuturan wanita ini. Terharu terhadap niatan taubat anaknya dan terharu kepada kelembutan sang ibu meski sering disakiti. Bagaimanapun pintu taubat masih terbuka selama manusia belum meregang nyawa.

“Sebenarnya aku tak ingin menuruti pesannya untuk meletakkan kaki kananku di atas wajahnya. Namun aku tak ingin mengkhianati amanah. Aku tidak mengangkatnya dari tengah wajahnya hingga ia menghembuskan nafas terakhir.”

Matanya menjadi sembab oleh tangis demi mengingat saat-saat terakhir anaknya.

“Kemudian aku menyewa empat orang tadi untuk mengurus jenazah anakku. Mereka memandikan, mengkafani, membawanya ke kuburan, dan memakamkannya seperti yang anda lihat tadi. Setelah mereka pergi, aku meletakkan tanganku pada ikat rambutku dan menengadah ke hadirat ALLAH sambil berucap Ya Arham ar-Rahim, wa Akram al-Karamiin (Ya ALLAH Yang Maha Pengasih dan Ya ALLAH Yang Maha Pemurah), Ya ALLAH yang Maha menyelesaikan segala sesuatu, Engkau mengetahui tentang kami, baik yang rahasia maupun yang tampak, Engkau melihat yang terlihat maupun yang tersamar, anak hamba yang durhaka dan berdosa serta salah telah menyampaikan kepada Engkau melalui keridhaan ibunya yang hina dan miskin ini, hamba telah merelakannya maka berikanlah keridhaan-Mu kepadanya.”

Ibban masih tepekur menyimak segala kisah perempuan tersebut.

“Wahai Ibban, setelah aku memanjatkan doa kepada ALLAH, aku mendengar suara dalam kubur Pergilah ibu, aku telah menghadap ALLAH Yang Maha Pemurah dan Dia telah mengampuniku. Itulah ikhwal yang membuatku tersenyum.”

Bahkan Ibban tak kuasa menahan sedih dan haru, betapa lembut perempuan ini. Betapa juga kesungguhan taubat almarhum benar-benar didengar ALLAH mengampuni dosa anak dari wanita itu.

Lantas perempuan itu pergi berlalu meninggalkan Ibban bin Shaleh yang masih tercenung seorang diri memikirkan ikhtibar yang barusan didapatkannya.

dari kisah ini kita bisa mengambil hikmah dan pelajaran bahwa sejahat-jahatnya seorang anak pintu ampunan ALLAH dan maaf Ibunda selalu terbuka untuknya, bahkan seorang pendosa yang berada pada saat sakaratul mautnya, ALLAH yang Maha Rahman dan Rahim akan selalu membuka pintu taubat yang seluas-luasnya bagi hambanya yang ingin bertaubat, apatah lagi seorang hamba yang telah mendapat ampunan dan ridha kedua Ibu Bapaknya tentu juga akan mendapat ridha ALLAH SWT, sebab ridha ALLAH bergantung juga ridha kedua orang tua yang akan ada sepanjang jalan dalam hidup seorang anak.

SHARE yuk......
==========

Renungan diri di Pagi Hari

BIARKAN AIR MATA MENGALIR

Follow twitter: @kutipanhikmah

Biarkanlah air mata kita mengalir menyesali segala dosa daripada hanya tertawa tanpa mengira masa dan terlupa karena terlena.

Biarkanlah air mata kita mengalir ketika bertaubat daripada tak sempat karena sudah terlambat sampai saat kita sekarat.

Biarkanlah air mata kita mengalir karena rasa syukur daripada terus terluka karena kita angkuh dan kufur.

Biarkanlah air mata kita mengalir karena mendapat hidayah dan petunjuk daripada selalu tergoda oleh bujuk rayu setan yang terkutuk.

Biarkanlah air mata kita mengalir karena takut api neraka yang menyala-nyala daripada terus menjadi Hamba Allah yang durhaka.

Biarkanlah air mata kita mengalir karena rindukan surga daripada terpesona dengan indahnya dunia hingga diri tiada berharga.

Semoga kita semua dalam naungan kasih sayang ALLAH ‘Azza wa Jalla dan senantiasa dituntun ke jalan-Nya yang lurus.

Aamiin...

LIKE THIS ---> Kitab Suci Al-Qur'an

Sabtu, 16 Maret 2013

Mengagumimu

AKU MENGAGUMIMU

Aku begitu kagum akan kesopananmu dalam bertutur kata, bukan kagum pada kepintaranmu dalam merangkai berkata-kata. Aku begitu terpesona akan keindahan budi pekertimu dalam pergaulan, bukan terpesona pada kecantikan dan keelokan paras rupamu.

Aku begitu tertarik akan keteguhanmu dalam menjaga dan menutupi auratmu, bukan tertarik pada bagus dan mahalnya pakaian yang dikenakanmu. Aku begitu terpana akan kesederhanaan yang ada dalam setiap penampilan keseharianmu, bukan terpana pada kekayaan yang ada padamu.

Jika aku bertandang jarang kita berpandang, jika aku bertemu pantang aku merayu, andai saja dibolehkan, andai saja diijinkan, andai saja ditakdirkan.

Betapa inginnya aku selalu menjagamu, betapa inginnya aku selalu melindungimu, betapa inginnya aku selalu memuliakanmu, betapa inginnya aku memilikimu. Dan betapa inginnya aku menjadikanmu pendamping hidupku.

Kan kupinta kepada-Nya, kan kumohon dalam sujudku, kan kuharap dalam setiap doaku. Semoga kita dipertemukan dalam sebuah ikatan mulia, bersama merajut dalam sebuah pelaminan asmara.

Merenda senyum dan tawa, dalam suka, dalam duka. Untuk saling menyempurnakan ibadah kita, untuk mengharap Ridha-Nya.''Terimakasih sudah membaca renungan singkat ini

Penciptaan Wanita !

ARTIKEL RENUNGAN

"KETIKA TUHAN MENCIPTAKAN WANITA"

Ketika Tuhan menciptakan wanita, malaikat datang dan bertanya,
“Mengapa begitu lama menciptakan wanita, Tuhan?”

Tuhan menjawab,
“Sudahkah engkau melihat setiap detail yang saya ciptakan untuk wanita?” Lihatlah dua tangannya mampu menjaga banyak anak pada saat bersamaan, punya pelukan yang dapat menyembuhkan sakit hati dan keterpurukan, dan semua itu hanya dengan dua tangan“.

Malaikat menjawab dan takjub,
“Hanya dengan dua tangan? tidak mungkin!

Tuhan menjawab,
“Tidakkah kau tahu, dia juga mampu menyembuhkan dirinya sendiri dan bisa bekerja 18 jam sehari“.

Malaikat mendekat dan mengamati wanita tersebut dan bertanya,
“Tuhan, kenapa wanita terlihat begitu lelah dan rapuh seolah-olah terlalu banyak beban baginya?”

Tuhan menjawab,
“Itu tidak seperti yang kau bayangkan, itu adalah air mata.”
“Untuk apa?“, tanya malaikat.

Tuhan melanjutkan,
“Air mata adalah salah satu cara dia mengekspresikan kegembiraan, kegalauan, cinta, kesepian, penderitaan, dan kebanggaan, serta wanita ini mempunyai kekuatan mempesona laki-laki, ini hanya beberapa kemampuan yang dimiliki wanita.

Dia dapat mengatasi beban lebih dari laki-laki, dia mampu menyimpan kebahagiaan dan pendapatnya sendiri, dia mampu tersenyum saat hatinya menjerit, mampu menyanyi saat menangis, menangis saat terharu, bahkan tertawa saat ketakutan.

Dia berkorban demi orang yang dicintainya, dia mampu berdiri melawan ketidakadilan, dia menangis saat melihat anaknya adalah pemenang, dia girang dan bersorak saat kawannya tertawa bahagia, dia begitu bahagia mendengar suara kelahiran.

Dia begitu bersedih mendengar berita kesakitan dan kematian, tapi dia mampu mengatasinya. Dia tahu bahwa sebuah pelukan dapat menyembuhkan luka.”

“Cintanya tanpa syarat. Hanya ada satu yang kurang dari wanita, Dia sering lupa betapa BERHARGANYA dia ..”

sumber:beritaunik.net

---------
Hadist Shahih Bukhari No. 1467 Jilid III
Dari Abu Hurairah ra., katanya: Rasulullah saw. Bersabda:

“Ajarilah wanita itu dengan cara yang sebaik-baiknya, karena sesungguhnya perempuan itu dijadikan dari (serupa) tulang rusuk. Dan tulang rusuk yang paling bungkuk ialah yang di atas sekali. Jika engkau paksa meluruskannya, niscaya (patah), dan jika engkau biarkan saja, senantiasa ia bungkuk. Sebab itu nasehatilah perempuan itu dengan cara yang sebaik-baiknya!.”

Sebuah pilihan dan Kesempatan !

Kesempatan dan pilihan

Bertemu adalah kesempatan, mencintai adalah pilihan...

Ketika kita bertemu orang yang tepat untuk dicintai, Ketika kita berada di tempat pada saat yang tepat, Itulah kesempatan..
...
Ketika kita bertemu dengan seseorang yang membuatmu tertarik, Itu bukan pilihan, itu kesempatan...

Bertemu dalam suatu peristiwa bukanlah pilihan, Itupun adalah kesempatan..

Bila kita memutuskan untuk mencintai orang tersebut, Bahkan dengan segala kekurangannya, Itu bukan kesempatan, itu adalah pilihan...

Ketika kita memilih bersama dengan seseorang walaupun apapun yang terjadi, Bahkan ketika kita menyadari bahwa masih banyak orang lain yang lebih menarik, lebih pandai, lebih kaya, daripada pasanganmu, Dan tetap memilih untuk mencintainya, Itulah pilihan...

Perasaan cinta, simpatik, tertarik, Datang bagai kesempatan pada kita. Tetapi Cinta sejati yang abadi adalah Pilihan.... Pilihan yang kita lakukan...

Berbicara tentang pasangan jiwa, Ada suatu kutipan yang mungkin sangat tepat :
"... Nasib membawa kita bersama, tetapi tetap bergantung pada kita bagaimana membuat semuanya berhasil.. "

Pasangan jiwa bisa benar-benar ada. Dan bahkan sangat mungkin ada seseorang Yang diciptakan hanya untukmu..

Tetapi tetap berpulang padamu, Untuk melakukan pilihan apakah engkau ingin Melakukan sesuatu untuk mendapatkannya atau tidak...

Kita mungkin kebetulan bertemu pasangan jiwa kita, Tetapi mencintai dan tetap bersama pasangan jiwa kita, Adalah pilihan yang harus kita lakukan..

Kita ada di dunia bukan untuk mencari seseorang yang sempurna untuk dicintai, TETAPI untuk... Belajar mencintai orang yang tidak sempurna, Dengan cara yang sempurna...^^

Bagaimanapun, Takdir TAKKAN pernah tertukar. percayalah PadaNYA ^_^
===============
Hmm...Menikah atau Kuliah Ya?


Menikah di kala kuliah enak gak ya? Setelah capek, berkutat dengan buku-buku, 'killer'-nya dosen, tugas-tugas yang gak bosan menanti, tampang kita yang kucel banget, tapi saat di rumah bisa segar lagi lho. Kebayang, ada istri yang menanti, anak yang ribut cerita-cerita, lalu makan bareng, wah...uenak tenan!!!

Tapi ada juga yang sebaliknya, nah lho! Udah capek di kampus, pulang-pulang ke rumah, rumah laksana kapal pecah, anak-anak pada berantem, nangis, wah...kaya' ginian sepet nih. Belum lagi saat tibanya masa ujian semester, wuaah, hiks...hiks...jadi ingin nangis. Perasaan, kok nikah malah jadi sengsara ya.

Jadi idealnya gimana dong? Nyelesaikan kuliah dulu, baru menikah, atau sambil kuliah juga menikah. Ada lho yang berhasil, dalam artian 'berani menikah' dan prestasi tetap dapat diraih. Tapi ya...itu, ada pula yang sebaliknya. Gedubrak! Jadi bingung deh! Masalahnya cinta tak kenal waktu lho, ia hadir begitu saja, gak peduli dengan status kita sebagai mahasiswa.

Ada pula contoh kasus lain, aktifis dakwah kampus, karena 'dipanas-panasin' ama sesama aktifis, berani menikah, prestasi kuliah pun bagus, namun futur di jalan dakwah. Lainnya, belum berani menikah dengan alasan menikah akan mengganggu kuliah dan aktifitas dakwah. Hmm...bingung ya. Duh...cinta...cinta, kok gak tau sih kalau saya masih kuliah! Nikoniko (smiles)

Ikhwah fillah yang disayang Allah Subhanahu wa Ta'ala...

Masalah-masalah diatas bukan hanya terjadi pada antum saja lho, banyak banget kasus seperti ini. Karena itu dalam Islam kita kenal istilah Fiqih Muwazanah, atau fiqih untuk membuat pertimbangan-pertimbangan praktis. Atau kerennya sih, kaedah fiqih ini bisa untuk membuat pertimbangan-pertimbangan praktis. Misalnya nih, mana dulu yang penting sih antara menikah saat masih kuliah atau setelah selesai kuliah baru menikah. Atau lagi, berdakwah melalui cara menikah atau lebih mudah berdakwah dengan tidak menikah terlebih dahulu.

Buat 'kalangan atas', kaidah fiqih ini sering digunakan juga di kalangan aktifis dakwah yang hendak menikah lagi (ta'addud atau poligami). Pertimbangan mereka sih memang udah beda, mereka mikirnya dengan alasan dakwah perlu menambah seseorang atau lebih gak ya, di samping seorang istri yang udah jadi pendampingnya. Nyambung gak? Kalau gak nyambung di-EGP-in aja, karena ini 'pembicaraan kalangan atas', lha 1 aja belum ada, udah bicara ta'addud. he...he...

Wah...akhwat bisa sensitif nih! Kalem...kalem...Tausyiah ini baru membahas tentang menikah sambil kuliah kok, belum ta'addud-ta'addud-an. Ntar kalau masing-masing udah punya 1, baru deh. Glek!

Terkait dengan masalah di atas, kita lihat yuk, bagaimana Sayyid Sabiq dalam Fiqih Sunnah (juz 2 hal. 12-15, Darul Fikri, tahun 1412 H/1992 M) menjelaskan tentang menikah ini.

Dari buku tersebut, kita bisa membuat khulashah (rangkuman) dari pandangan ulama diatas, yaitu:

1. MENIKAH HUKUMNYA WAJIB
Artinya, jika dilakukan menjadikan Allah Subhanahu wa Ta'ala ridho, dan pelakunya mendapatkan pahala, dan jika tidak dilakukan menjadikan Allah Subhanahu wa Ta'ala murka dan yang meninggalkannya mendapatkan dosa. Nah, kapan menikah menjadi perbuatan wajib? Yaitu, apabila memenuhi hal-hal berikut ini:
- Dirinya telah memiliki kemampuan, baik materiil maupun biologis.
- Nafsu dan jiwanya telah menggelora.
- Terancam atau khawatir terjerumus dalam perzinahan.

2. MENIKAH HUKUMNYA SUNNAT
Bisa sunnat juga lho, artinya jika dilakukan mendapatkan pahala dan jika ditinggalkan tidak mendapatkan dosa. Menikah menjadi perbuatan sunnat, jika kondisinya adalah sebagai berikut:
- Dirinya telah memiliki kemampuan, baik materiil maupun biologis.
- Nafsu dan jiwanya telah menggelora.
- Tidak ada kekhawatiran dalam dirinya (atau merasa aman) dari perzinahan.

3. MENIKAH HUKUMNYA HARAM
Wuah...menikah kok hukumnya haram ya? Iya, yaitu jika kondisinya adalah:
- Tidak memiliki kemampuan, baik materiil maupun biologis.
- Nafsu dan jiwanya sudah menggelora.

Kalau emang kondisinya kaya' gini, maka yang mestinya dilakukan adalah hendaklah dia memperbanyak berpuasa dan menyiapkan diri untuk memiliki dua kemampuan di atas, serta menjaga kesucian dirinya.

4. MENIKAH HUKUMNYA MAKRUH
Menikah juga ada yang makruh ya? Yup! Yaitu apabila kondisinya adalah:
- Tidak memiliki kemampuan, baik materiil maupun biologis.
- Nafsu dan jiwanya sudah menggelora.
- Pihak wanitanya menerima kondisi ini.

5. MENIKAH HUKUMNYA MUBAH ATAU JAIZ ATAU BOLEH
Maksudnya, jika kondisi seseorang biasa-biasa saja, tidak ada kondisi yang mewajibkan atau mensunnatkan, dan tidak ada pula kondisi yang mengharamkan atau memakruhkan.

Nah...sekarang udah tahu-kan, bahwa dalam fiqih Islam, hukum pernikahan ada yang wajib, sunnah, makruh, haram, dan mubah. Ini sesuai dengan keadaan yang bersangkutan lho, artinya tiap orang bisa beda-beda kan.

Sekarang coba merenung deh, atau berdiri depan cermin, kira-kira yang di cermin itu pada posisi mana ya. Hmm...mikir-mikir!

Kalau udah mikir, lalu kesimpulannya bahwa posisi sekarang adalah posisi kedua, maka menurut Ustadz Musyaffa A. Rahim, Lc ada 1 lagi pertimbangan yang harus dilakukan. Wuah...ribet banget sih mau nikah aja! Gak kok, menurut beliau pertimbangan apabila antum pada posisi kedua, yaitu apakah dengan menikah nanti, kuliah akan terganggu atau terhenti?

Kalau menikah akan mengganggu kuliah, dalam artian gangguan serius seperti cuti, apalagi sampai terhenti, maka menikah saat sekarang ini tidaklah masuk kategori sunnat (kedua), namun sebaliknya, yaitu makruh (keempat). Karena menurut beliau lagi, menuntut ilmu hukumnya wajib, sementara menikah pada kondisi seperti diatas 'hanyalah' sunnat.

Gimana kalau dalam perhitungan, menikah gak akan menjadi gangguan serius terhadap perkuliahan, bahkan akan menjadi faktor kesuksesan, maka menikah pada kondisi ini paling tidak hukumnya adalah sunnat, bahkan bisa menjadi wajib lho, wallahu a'lam.

Termasuk dalam hal ini, jika udah mikir-mikir sebenarnya sih ada pada posisi makruh (keempat), namun ada akhwat yang mengajak menikah, ehm...ehm...bahkan akhwat itu ngasih jaminan untuk tidak mengganggu perkuliahan, malah mau bantu-bantu, iih...ureshii (senang banget), maka kondisi makruh bisa jadi sunnat. Sebab faktor yang memakruhkannya telah hilang dengan adanya jaminan itu.

Namun lagi-lagi Ustadz Musyaffa menyarankan kepada para ikhwan untuk berpegang pada sifat rujulah (kejantanan), jadi bukan mengandalkan atau menyandarkan diri pada jaminan pihak akhwat. Bukan gak percaya pada jaminan akhwat lho, namun demi menjaga sifat rujulah tersebut. Iya dong, ikhwan itu kan calon 'qowwam'-nya akhwat dan jundi-jundinya di keluarga! Jadi tunjukkan tuh sifat rujulah!

Kalau udah pada posisi sunnat, maka segera diskusikan dengan orang tua, agar ada tafahum dalam hal ini, jadi kamu puas orangtua pun qana'ah dengan keputusan menikah.

Jadi buruan merenung, mikir...mikir...kalau udah pada posisi emang harus menikah, jangan 'mbulet' lho, pake' alasan sana-sini. Karena kalau sebenarnya udah dalam posisi sehat dan mampu, dan belum menikah maka kata Rasulullah SAW, "Ia adalah termasuk teman setan, atau mungkin termasuk golongan pendeta Nasrani, karena sunnah kami adalah menikah. Orang yang paling buruk diantara kamu adalah mereka yang membujang. Orang mati yang paling hina di antara kamu adalah orang yang membujang." [HR Ibnu Atsir dan Ibnu Majah]

Syeeerem kan! Makanya jangan pake 'mbulet-mbuletan!'

Bukankah dengan menikah, mereka akan disejajarkan Rasulullah SAW dengan mujahid fii sabilillah yang dijanjikan akan mendapat pertolongannya! Karena ada tiga golongan yang menjadi keharusan Allah untuk membantu mereka; orang yang menikah untuk memelihara kesucian diri, budak yang hendak membayar kemerdekaan dirinya, dan orang-orang yang berperang di jalan Allah. [HR Ahmad, Turmudzi, an-Nasa'i dan Ibnu Majah]

Tuh...subhanallah ya, nunggu apa lagi! Kalau udah siap lahir bathin, ikrarkan cinta dengan menikah!

Selamat berjuang akhi, jangan takut mengambil keputusan kalau udah siap (walaupun antum masih kuliah), karena akhwat lebih memilih para ikhwan yang berani mengajaknya menikah untuk bersama mengharapkan keridhoan Allah Subhanahu wa Ta'ala, daripada yang suka 'mbulet-mbuletan!'

Doa ana dan istri untuk kemudahan antum...

Wallahu a'lam bi showab.

*IKATLAH ILMU DENGAN MENULISKANNYA*
Al-Hubb Fillah wa Lillah,


SHARE yuk semoga bermanfaat buat kita semua.
================================
MENINGGALKAN MENINGGALKAN SHALAT 5 WAKTU TERMASUK DOSA BESAR

Ibnu Qayyim mengatakan, “Kaum muslimin bersepakat bahwa meninggalkan shalat lima waktu dengan sengaja adalah dosa besar yang paling besar dan dosanya lebih besar dari dosa membunuh, merampas harta orang lain, berzina, mencuri, dan minum minuman keras. Orang yang meninggalkannya akan mendapat hukuman dan kemurkaan Allah serta mendapatkan kehinaan di dunia dan akhirat.” (Ash Sholah, hal. 7)

Semoga dapat menjadi pengingat bagi kita semua.

LIKE/SHARE agar kebaikan terus menyebar....amin
Jazaakumulloh khoiron, Semoga info dan artikel yang kami berikan bermanfaat dan bisa lebih mnegerti tentang IPM khusunya tetang IPM Cabang Cimanggu di Desa yang Tercinta Cimanggu. Hidup Ipm... jaya... Hidup-hidupilah Muhammadiyah dan IPM jangan hidup di Muhammadiyah dan IPM... Semangat !